Rabu, 31 Agustus 2016

Pendakian Pertama di Bumi Sulawesi, Gunung Bawakaraeng

Sulawesi Selatan, Provinsi yang saat ini menjadi tepat numpang hidup beberapa tahun kedepan. Sebagai  PeEnEs yang hidupnya tidak jauh dari kata mutasi. Sebelumnya saya bertugas di Surabaya dan pada pertengahan Juli kemarin harus meninggalkan Surabaya dan menempati Kantor baru di Sulawesi Selatan, tepatnya kota Makassar, Alhamdulillah masih kota besar heehhe. Jadi tak ada salahnya jika selagi berada di Makassar, saya menikmati keindahan alam yang ada disini. Salah satu yang terkenal yaitu Gunung Bawakaraeng.

Gunung Bawakaraeng merupakan salah satu Gunung yang berada di Sulawesi Selatan tepatnya di Kabupaten Gowa. Gunung Bawakaraeng memiliki ketinggian 2830mdpl. Gunung Bawakaraeng memiliki arti sendiri dikalangan masyarakat yaitu bawa=mulut dan karaeng=Tuhan jadi Gunung Bawakaraeng diartikan sebagai Gunung Mulut Tuhan. 

Pada akhir pekan kemarin saya dan teman-teman pun dengan berjumlah 13 orang diberi kesempatan untuk melihat keindahan Gunung Bawakaraeng. Untuk memulai pendakian, pertama kami pun harus menuju Desa Lembanna, Sebuah desa di kaki Gunung Bawakaraeng. Untuk menuju desa Lembanna tidak ada transportasi umum sehingga kami pun membawa mobil sendiri. Dari Makassar ke Desa Lembanna memakan waktu kurang lebih 3 jam melewati Hutan Pinus Malino.

Pendakian di mulai Hari Jumat Malam, di Desa Lembanna tidak ada pos registrasi dan kami memarkirkan mobil pun depan rumah warga. Dari desa Lembanna, kami pun memulai perjalanan melintasi perkebunan sayur warga dan hingga hutan pinus. Dan kami pun memilih bermalam di kawasan hutan pinus karena waktu sudah terlalu malam untuk melanjutkan perjalanan.

Pagi hari pukul 04.00, kami pun bangun dan bersiap untuk memulai pendakian. Untuk menuju puncak Bawakaraeng, kami harus melewati 10 Pos. dari 10 Pos yang ada, di Pos 2, Pos 3, Pos 5 dan Pos 8 terdapat sumber air.  Dari hutan pinus kami berjalan dan akan memasuki hutan yang lebih lebat lagi setelah keluar dari hutan pinus. Di jalur menuju Pos 1 jalur yang ditempuh sedikit menanjak. Untuk menuju pos 1, dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam. Di Pos 1 ini merupakan jalur percabangan antara Puncak dan Lembah Ramma, oleh karena itu kami pun harus berhati-hati memilih jalan, akan tetapi jangan bingung karena sudah ada petunjuk arahnya. Hal unik dari setiap pos yang ada terdapat tugu yang bertuliskan kata mutiara dan informasi ketinggian. Pos 1 ini memiliki ketinggian 1718 mdpl.

“Kami Orang Yang Beradat, Adatlah Dijunjung Tinggi Keramah Tamahan Jadikan Kain Selimut”
Tugu di Pos 1

Setelah melewati Pos 1, kami pun bergegas menuju Pos 2. Waktu tempuh dari Pos 1 menuju Pos 2 memakan Waktu 1 jam. Di Pos 2 biasanya digunakan para pendaki untuk beristirahat dan mengisi kembali persediaan air karena terdapat sungai kecil dengan air yang jernih

“Berapa Banyak Harta Yang Dimiliki Kalau Sifat Tamak Dan Tidak Bersyukur, Memiliki Seluruh Isi Bumi Pun Tidak Akan Bahagia”
Tugu Pos 2
Dari pos 2 ke Pos 3, waktu yang ditempuh hanya 30 menit karena jarak yang dekat. Di pos 3, kami pun harus menyebrangi sungai kecil. Untuk menuju pos 3 melewati hutan perdu.  Pos 3 berupa tanah datar dan terdapat pohon ditengahnya. Di pos 3 ini para pendaki biasanya tidak akan lama berada disini karena terdapat cerita mistis mengenai makhlus halus di Pos ini. Konon katanya dahulu ada seorang wanita yang bunuh diri dan mayatnya menggantung di pohon tersebut.
“Jangan Terlalu Bergantung Pada Orang Lain, Karena Bayanganmu Dapat Meninggalkanmu Saat Kamu Ada Dikegelapan”
Tugu Pos 3
Dari pos 3 ke Pos 4 jalur yang dilalui masih sama seperti sebelumnya, jalur yang sedikit agak terbuka, pohon-pohon hutan mati sisa kebakaran. Dari pos 3 ke Pos 4 menempuh waktu kurang lebih 1 jam. Di pos 4 ini memiliki lahan yang cukup luas sehingga dapat digunakan untuk bermalam. Pos 4 berada di ketinggian 1940 mdpl
“Harta Yang Paling Menguntukan Ialah Bersabar, Teman Yang Paling Akrab Adalah Amal, Pengawal Pribadi Yang Paling Waspada Yaitu Diam, Bahasa Yang Paling Manis Itu Senyum Dan Ibadah Yang Paling Indah Tentunya Khusyuk”
Tugu Pos 4
Setelah istirahat di Pos 4, kami pun melanjutkan perjalanan ke Pos 5. Waktu tempuh menuju pos 5 kurang lebih 1 jam. Jalur yang dilewati hutan yang cukup rapat dan  cukup asri dengan sinar matahari yang berusaha menembus melalui celah dedaunan.  Pos 5 merupakan kawasan yang cukup luas dan terbuka. Di pos 5 pun terdapat sumber air akan tetapi lokasinya cukup jauh.
“Kehidupan Manusia Baik Dan Buruk Adalah Akibat Dari Perbuatan Manusia Itu Sendiri”
Tugu Pos 5

Pemandangan dari Pos 5
Perjalanan dari Pos 5 ke Pos 6 langsung menanjak yang cukup terjal dan sejauh mata memandang terlihatlah kawasan hutan mati sisa kebakaran hutan beberapa tahun yang lalu. Di beberapa tempat kami dapat melihat perkotaan dari kejauhan dan sungai yang berkelok-kelok membelah bumi Sulawesi. Waktu tempuh dari pos 5 ke Pos 6 kurang lebih 1 jam.
“Merubah Wajah Tidak Akan Merubah Apapun, Namun Menghadapi Perubahan Dapat Merubah Segalanya”

Menuju Pos 6
Pemandangan menuju pos 6

Tugu Pos 6
Di pos 6 kami beristirahat sejenak untuk menghilangkan lelah. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan. Jalur yang dilewati untuk menuju Pos 7 adalah kawasan sejuk dan rada lembab. Kami melewati jalur menanjak di kawasan hutan lumut. Lumut-lumut hijau yang menempel di pepohonan menambah keindahan jalan yang dilalui menuju pos 7. Di pos 7 terdapat lahan luas yang dapat digunakan untuk ngecamp dan terdapat batu besar. Dari batu besar tersebut, kami dapat melihat pemandangan yang sangat indah dan puncak bawakaraeng pun mulai terlihat. Pos 7 memiliki ketinggian 2548 mdpl
Hutan Lumut menuju Pos 7
Tugu Pos 7
Jalur pos 7 untuk menuju pos 8 merupakanjalur terberat di sepanjang perjalanan. Waktu tempuh kurang lebih 2 jam. Trek yang dilewati merupakan hutan lebat dengan jalur menanjak terjal kemudian menurun tajam dan kembali menanjak terjal. Dijalur ini banyak jalan yang dilewati merupakan jalur rawan longsor dengan kiri jurang sehingga kami pun harus ekstra hati-hati. Setelah sampai di Pos 8, kami pun memilih untuk bermalam di Pos 8 dan melanjutkan perjalanan esok pagi menuju Puncak. Di Pos 8 cukup terdapat lahan untuk mendirikan tenda dan di bawah ada sungai yang merupakan sumber air bagi pendaki.
“Ada Kesuksesan Dibalik Keputusan-Keputusan Yang Sulit Diambil”
Tugu Pos 8
Malam itu di Pos 8, udara dingin menusuk tulang, semakin malam semakin terdengar suara anjing melonglong, tidur antara nyenyak akibat kelelahan dan tidak nyenyak karena ketakutan. Pagi pun dating, tepat pukul 4.00, kami pun memulai pendakian ke Puncak. Barang bawaan kami tinggal yang kami bawa hanyalah perlengkapan seadanya dan makan dan minum secukupnya. Dari pos 8 kami berjalan turun melewati sebuah sungai dan langsung dihajar dengan tanjakan terjalnya ditambah jalan yang licin. Jalan yang dilintasi jalur hutan lebat dengan akar-akar besar dan keluar tanahnya. Untuk menuju pos 9 membutuhkan waktu 1 jam. Di pos 9 ini cukup luas untuk bermalam akan tetapi tidak ada sumber air. Pos 9 memiliki ketinggian 2628 mdpl.
“Gagal Itu Biasa, Tetapi Kegagalan Yang Sesungguhnya Adalah Saat Kita Menyerah Dan Berhenti Mencoba”
Tugu Pos 9
Setelah beristirahat sebentar di Pos 9, kilau merah merona dari ufuk timur pun mulai terlihat, matahari akan segera terbit, maka dari itu kamipun bergegas menuju Pos 10. Pos 10 merupakan pos terakhir sebelum menuju Puncak. Dari pos 9 ke Pos 10 merupakan jalur terbuka dan berbatu, terdapat beberapa tanaman edelwise dan juga pohon-pohon mati seperti pohon bonsai. Perjalana menuju pos 10, kami pun dapat melihat kelap kelip lampu kota dari ketinggian. Dari Pos 9 ke Pos 10 memakan waktu 1 jam.
Sunrise mulai terlihat di perjalanan menuju Pos 10
Di Pos 10 merupakan kawasan yang luas dengan pepohonan mirip bonsai (gak tau apa nama pohonnya). Di Pos 10 juga terdapat sebuah tanah lapang plus tiang bendera yang biasa digunakan saat upacara bendera. Dari Pos 10 menuju puncak hanya membutuhkan waktu 10 menit.

Dan akhirnya alhamdulillah sampe juga di Puncakkkkk…………….. viewnya keren, sunrisenya top…..
Foto-Foto Di Puncak Bawakaraeng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar